Selasa, 25 Maret 2008

Siapa Teroris Sebenarnya ??


Oleh : Muhammad Gagah Prawira

Dept.Kebijakan Publik KAMMI IPB


Masih segar dalam ingatan kita pada tahun 2003 betapa gencarnya isu bahwa Irak merancang sebuah senjata pemusnah massal. Isu itu disebarkan oleh sebuah negara besar bernama Amerika Serikat. Bertindak seolah-olah sebagai Polisi Dunia dia mengambil tindakan untuk menghukum Irak dengan menggulingkan paksa pemerintahan saat itu,bahkan tercatat sebagai sebuah invasi terbuka terbesar pasca perang dunia II dan perang Vietnam

Sungguh aneh tapi nyata,ketika Amerika membawa hal ini di kancah internasional (baca:Persatuan Bangsa-Bangsa) dengan harapan untuk mendapat restu ternyata anggota The Big Five yang lain yang sama-sama memiliki hak veto sudah jelas-jelas menolaknya. Tapi AS tetap melanjutkan niatnya untuk menginvasi Irak. Padahal sudah menjadi aturan dalam PBB ketika salah satu saja anggota The Big Five menggunakan hak vetonya maka batallah rencana apapun dari negara manapun. Pun setelah itu AS tetap menjalankannya.

Ketika perang ini akhirnya dimulai pun warga negara AS sendiri mengadakan demo besar-besaran untuk menyatakan ketidaksetujuannya atas penyerangan AS ke Irak. Pun hal itu tidak menyurutkan niat AS untuk tetap melanjutkan akting palsunya sebagai polisi dunia. Bahkan demo-demo besar di berbagai negara menyatakan hal yang sama,yaitu kutukan terhadap AS atas penyerangannya ke Irak.

Tidak tanggung-tanggung,anggaran yang disiapkan untuk invasi ini.Lebih dari 1 trilyun dolar. Jelas ini menjadi tanda tanya besar mengingat bahwa saat itupun AS sedang ditempa ancaman invasi juga hutang luar negeri. Maka tidak berlebihan jika hal ini menimbulkan berbagai macam pertanyaan dan analisis dari para ahli tentang apa sebenarnya yang menjadi tujuan AS “mengamankan” Irak.

Maka tidak berlebihan jika sekarang publik mengarahkan perhatian kepada kondisi minyak Irak yang sangat melimpah. Karena sampai saat ini pun,setelah lima tahun invasi AS ke Irak dilakukan tidak pernah terbukti bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal seperti yang AS isukan. Konon,ketersediaan minyak di wilayah Irak cukup untuk konsumsi AS selama 500 tahun. Hal itu akan menjadi sangat masuk akal karena hampir semua aktivitas manusia tidak mampu dipisahkan dari kebutuhan akan minyak,seperti BBM,konsumsi minyak rumah tangga,bahkan kebutuhan industri.

Sungguh mengenaskan,upaya ketidakadilan AS ini diperparah dengan pemberitaan media yang sama sekali tidak mendukung Irak sebagai sebuah negara yang punya hak untuk menentukan kebijakan negaranya sendiri. Bukankah suatu hal yang wajar jika kita mempertahankan rumah kita sendiri jika ada orang asing yang berusaha merusak bahkan menghancurkan rumah kita? Tapi usaha mempertahankan harga diri bangsa Irak justru dianggap sebuah aksi terorisme. Hal ini diperparah dengan anggapan Barat bahwa agama Islamlah penyebabnya. Harusnya kita melihat lebih dalam lagi mengapa mereka melakukan itu bukannya malah mencari kambing hitam untuk menyalahkan keadaan.

Prose eksekusi pemimpin Irak pun sangat tidak demokratis. Pengadilan yang terjadi hanyalah formalitas untuk menyingkirkan rezim saat itu. Alasan utama yang digunakan adalah kejahatan atas kemanusiaan dengan membunuh banyak warga Irak. Tapi tahukah pembaca semua bahwa perang yang diprakarsai oleh AS dibantu dengan sekutu-sekutunya telah menyebabkan korban yang lebih banyak. Menurut penelitian salah seorang pengamat dari Australia,lewat sebuah badan riset Opinion Research Business menyatakan bahwa jumlah korban yang disebabkan perang Irak adalah sebesar 1 JUTA ORANG bahkan mayoritas adalah warga sipil. Maka jika (Alm) Saddam Husen dianggap penjahat HAM atas pembantaian yang dilakukannya,maka harusnya Bush harus diberi gelar PENJAHAT PERANG INTERNASIONAL atas apa yang dilakukannya. Tapi mengapa sampai sekarang hal ini tidak pernah disinggung oleh PBB?

Pertanyaan besar yang sangat sulit dijawab tapi sangat mudah untuk diucapkan. Setelah semua hal terjadi,maka SIAPA TERORIS YANG SEBENARNYA????


CP.gagah9787@gmail.com

Kamis, 13 Maret 2008

Masih Hidupkah Nurani Kita?


Muhammad Gagah Prawira

(Dept.Kebijakan Publik KAMMI IPB)

Seringkah kita mengamati keadaan orang lain? Jika ya maka apa yang kita amati? Kemudian,apa yang kita,rasakan,hayati,pikirkan,dan lakukan setelah itu?Seberapa seringkah kita mendengar sebuah informasi yang cukup pantas untuk direnungkan tapi kita hanya menanngapi dengan sepintas lalu?

Jika beberapa waktu yang lalu kita sedikit dirisaukan dengan kalang kabutnya anggota DPR yang meminta ”upah”nya dinaikkan padahal total tunjangan yang mereka dapatkan adalah sekitar 140 juta rupiah (sumber:detik.com) maka sekarang kita lihat sekitar kita dengan lebih jeli.

Dikutip dari situs resmi Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat,bahwa kasus gizi buruk sepanjang 2007 tercatat berjumlah 940 kasus,belum lagi yang tidak terlapor atau bahkan sengaja ditutup-tutupi. Ambillah contoh seperti yang terjadi di Kabupaten Rote Ndao (Pulau Rote), Nusa Tenggara Timur,lima balita tewas disebabkan busung lapar. Lebih gilanya lagi adalah,masyarakat yang mengalami gizi buruk masih dipusingkan dengan tingginya biaya perawatan di rumah sakit. Uniknya penanggulangan kasus ini oleh pemerintah kota setempat masih berkutat di sebuah acara yang bernama “menunggu pengesahan APBD!!”

Padahal sangat jelas, menurut wakil bupati Rote Ndao,Bernard Pelle bahwa kasus-kasus gizi buruk dan busung lapar di daerahnya disebabkan oleh kemiskinan yang mengakibatkan para orang tua tidak mampu membelikan makanan bergizi bagi anak-anaknya.

Kemudian,bagaimana kita lihat kasus ibu hamil,Dg Basse (35)dan putranya,Bahir (5) di Makassar yang juga tewas akibat kelaparan. Kasus lain yang terjadi di salah satu daerah di Jawa Tengah. APBD daerah setempat menganggarkan dana untuk membeli mobil dinas bagi bupati,wabup,dan anggota dewan sebesar 800 juta padahal tidak jauh dari kantor dinas DPRD setempat ada sebuah keluarga yang terpaksa memakan nasi bekas yang diterima dari pemberian tetangga-tetangga sekitarnya untuk bertahan hidup!(sumber:trans TV) Maka setelah melihat kasus-kasus yangterjadi dio sekitar kita masih adakah rasa tega untuk setiap pejabat yang telah berada di eksekutif maup[un legislatif untuk meminta dan meminta lagi tunjangan demi tunjangan ataupun tambahan dana dengan dalih klasik “kepentingan atau operasional dinas”!!

Sangat jelas tergambar bahwa elit politik kita mulai “kehilangan pendengarannya.” Atau bahkan lebih parah lagi,”kematian hati nuraninya?”

Saudaraku..benarkah ini realitas kehidupan berbangsa di negara yang kita cintai ini? Bagaimana mungkin kita bisa makan berlebihan jika kita melihat saudara atau bahkan tetangga kita sendiri kelaparan? Ataukah kita sengaja melupakan sabda Rasul kita bahwa kita berkewajiban untuk memperhatikan tetangga kita. Masihkah belum cukup bukti kesengsaraan rakyat Indonesia akibat tidak diperhatikan oleh wakil rakyatnya sendiri?

Tanyakanlah pada diri kita masing-masing,benarkah kita bahagia dengan keserbacukupan kita selama ini sementara orang-orang di sekitar kita mengalami kepedihan hidup sedemikian rupa padahal bisa jadi orang-orang itulah yang berjasa bagi kita ataupun keluarga kita,atau bahkan bagi bangsa ini. Bukankah arti kesuksesan sebenarnya adalah membuat orang lain bahagia dan sukses di segala bidangnya?

Jadi sekarang siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini? Jawabnya adalah kita semua yang mengaku mencintai negeri ini. Maka,lakukanlah sesuatu sesuai bidang,minat,kapasitas,dan kesempatan. Tidak perlu menunggu korban-korban ketidakpedulian jatuh lagi hanya untuk membuktikan bahwa kita harus bergerak dan berubah. Lakukan..dan lakukan!

Wahai manusia,siapapun dirimu dan apapun posisimu sekarang,yang masih memiliki segumpal darah yang bernama hati,tanyakan hal itu pada dirimu dan jawablah dengan bukti nyata!! Bukan hanya retorika,dialektika di gedung-gedung dan seminar-seminar. Tapi ambil jasadmu dan gunakanlah untuk mengatasi kepedihan ini sebesar apapun kemampuanmu! Kita sudah bosan dengan segala macam bentuk tangis kepedihan,usap tangis itu PAHLAWAN NEGERIKU!!

Cp.gagah9787@gmail.com

SBY-JK Memiskinkan Rakyat Indonesia

Sejak Susilo Bambang Yudoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) terpilih menjadi presiden dan wapres RI tahun 2004 lalu hingga sekarang, kondisi kesejahteraan rakyat secara umum tidak ada perbaikan yang nyata. Jumlah rakyat miskin bertambah banyak, dan tidak mengalami perubahan secara signifikan meski berbagai usaha telah dilakukan, 7,17 juta orang hidup dengan pendapatan kurang lebih dari US$ 0,6 per hari, 70 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1 per hari. Sebanyak 630.000 lebih orang miskin hidup di Jakarta sebagai ibukota Negara, 5 juta lebih balita yang mengalami gizi buruk dan busung lapar dan 24 juta orang (10,14% dari total penduduk) dalam keadaan buta huruf.

Di bidang ketenagakerjaan, menurut data Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), pengangguran di Indonesia yang sekitar 40 jutaan telah menjadi ancaman buat Asean, dimana kontribusi Indonesia pada angka pengangguran di wilayah itu mencapai 60%. Pada sektor pendidikan, alokasi anggaran pendidikan yang hanya 11,58% dari mandat 20%, mengindikasikan pemerintah tidak peduli dengan anak-anak miskin yang putus sekolah disaat keluarganya terbebani biaya ekonomi yang tinggi (http://jese-indonesia.blogspot.com/2007). Education watch Indonesia menyatakan bahwa angka siswa putus sekolah di Indonesia mencapai 36,73%.

Fenomena antre beras murah, minyak tanah, minyak goreng, melonjaknya harga kedelai, tepug terigu, daging dan lain-lain, serta merosotnya daya beli dan kualitas kesejahteraan rakyat adalah gambaran paling vulgar pemerintah SBY-JK saat ini. Bukannya kesejahteraan yang didapat, malah kemiskinan yang semakin menggila. Ditambah lagi dengan musibah/ bencana yang selalu menimpa negeri seolah melengkapi penderitaan rakyat tiada henti-hentinya, karena penanganan yang tidak profesiona, malah cenderung merugikan para korban itu sendiri.

Untuk itu Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia menuntut kepada SBY-JK sebagai berikut:

  1. Mendesak kepada SBY-JK untuk segera menurunkan harga-harga kebutuhan pokok masyarkat, mengatasi krisis pangan nasional yang terjadi agar tidak semakin menambah jumlah kemiskinan dan pengangguran di negeri ini.
  2. Mendesak kepada SBY-JK untuk berhenti membayar bunga obligasi sebesar 60 triliun pertahun kemudian mengalihkannya kepada program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat.
  3. Mendesak SBY-JK agar berani mengadili para koruptor kelas kakap (seperti korupsi BLBI 650 triliun rupiah) dan menyita harta kekasyaannya untuk kesejahteraan rakyat.
  4. Mendesak kepada SBY-JK untuk serius dalam mengantisipasi dan menangani bencana-bencana yang terjadi di negeri ini.

Demikian tuntutan-tuntutan ini kami sampaikan, sebagai berikut kepedulian sekaligus keprihatian yang mendalam akan kondisi bangsa yang semakin terpuruk.

HIDUP MAHASISWA!!! HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!

Bogor, 5 Maret 2008

Hermawan

Ketua KAMMI Daerah Bogor

081389074700